Bulan purnama telah bersinar. Adalah sebuah lambang keindahan bagi kebangkitan mahluk malam. Kalimat romansa seperti itulah yang paling tepat mengilustrasikan tema untuk malam kali ini. Di sebuah kamar kost yang cukup luas untuk dua orang, aku menggeliat bangun dari tidurku yang tidak di atas kasur. Memang cukup nyaman. Mungkin karena ini tumpangan gratis dari seorang teman yang mencoba iba kepada sahabatnya yang pengangguran sepertiku ini. Namun demikian kepalaku tetap saja terasa pusing sekaligus berat bukan karena susahnya mencari kerja atau beban kehidupan melainkan karena pola tidurku yang berantakan. Dan semakin berantakan saja aku rasa
Zzzz...
tak terhitung berapa intensitas hal ini terjadi hingga pada akhirnya naiklah pitamku dibuatnya.Sesuatu yang sepele namun sangat fundamental.
yah..lagi lagi sebuah diorama kehidupan yang harus aku ilustrasikan sendiri dengan pensilku yang masih saja tumpul saat ini.Berawal dari pengakuan para waiter di tempat kerjaku yang mengaku sudah banyak orang lalu lalang menggunakan toilet kami tanpa ucapan kalimat permisi.Pada mulanya aku apatis saja terhadap laporan mereka,namun ketika menyaksikan sendiri perihal ada orang selain tamu yang nyelonong seenaknya ke toilet,ternyata sakit hati juga.Rasanya seperti dianggap kami ini seongok zat ata
Wahai engkau sang nahkoda berikut anak buahnya..
Kalianlah penyelamat dermaga..
Kalianlah pembebas nusantara..
Sekalipun tak pernah kudengar gelegar suara..
Bukan berarti tak kuingat nama..
Bukan berarti ku tak kenal warna..
Bermula dari cerita paman..
Hingga akhirnya kami tahu apa itu merah..
Kami tahu apa artinya putih..
Dan kami mengerti apa artinya bhineka..
Negara ini telah kian maju kini..
Dengan sederet instrumen di belakangnya..
Dengan segenap prestasi gemilangnya..
Namun sumpah sekarat,,bahwa rakyat masih melarat..
Di bawah penguasa yang durhaka pada tuanya..
Rakyat masih terjerat pada lingkaran setan kemiskinan..
Dit